Kamis, 07 Juli 2011

LAPORAN PENDAHULUAN LARINGITIS

LARINGITIS

1.   Pengertian.
Laringitis adalah radang akut atau kronis dari laring ( kotor suara ). Laringitis akut dapat merupakan infeksi lokal atau bagian dari infeksi sistem pernafasan atas.
Laringitis akut adalah radang akut laring, pada umumnya merupakan kelanjutan  dari rinofaringitis akut atau manifestasi dari radang saluran nafas atas. Pada anak dapat menimbulkan sumbatan, jalan nafas cepat karena rima glotisnya  relatif lebih sempit,  sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak – anak.
2.   Etiologi.
Sebagai penyebab radang ini adalah bakteri yang menyebabkan radang lokal atau virus yang menyebabkan peradangan sistemik. Biasanya merupakan perluasan  radang  saluran  nafas  atas  oleh  bakteri  Haemophilus  Influenza, Stafilokok, Streptokok, dan Pneumonia.
3.   Faktor Predisposisi.
·      Perubahan cuaca / suhu.
·      Gizi kurang / mal nutrisi.
·      Imunisasi tidak lengkap.
·      Pencapaian suara berlebihan ( ex; guru, pembawa acara, penyanyi dll )
4.   Manifestasi Klinik.
Pada laringitis akut terhadap gejala radang umum seperti
·      Demam.
·      Dedar ( malaise ).
·      Suara parau sampai tidak dapat bersuara sama sekali ( afoni ).
·      Nyeri ketika menelan atau berbicara.
·      Rasa kering ditenggorokan.
·      Bauk kering yang kelamaan disertai dahak kenta.
·      Gejala sumbatan laring sampai sianosis.
Pada pemeriksaan,  tampak  mukosa  laring  hiperemis,  membengkak terutama di atas dan bawah pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut di hidung, sinus para nasal atau paru.
5.   Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau sering residitif.
Bagaimana  diagnosisnya;  untuk  memastikan  laringitis  dokter  akan memeriksa bagian dalam laring penderitanya dengan mempelajari refleksinya melalui kaca khusus.  Pemeriksaan  dengan cara ini dapat menunjukan pita suara  berwarna  merah,  radang  dan  kadang    kadang  pendarahan  dengan bagian tepi yang membesar dan runcing, dokter juga memeriksa cairan yang keluar dan pada kasus berat akan dilakukan tes pembiakan dari cairan tersebut.
6.   Penatalaksanaan Medis.
1.      Istirahat bicara dan bersuara selama 2 – 3 hari.
2.      Menghirup udara lembab.
3.      Menghindari iritasi pada laring dan faring ( misalnya merokok, makanan pedas, atau minum es ).
Untuk  terapi  medikamentosa  diberikan  anti  biotik  penisilin  anak 3x50 mg/kg/BB. Bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrosin dapat diberikan  kortisol  untuk  mengatasi edema.  Dipasang  pipa  endotrakea  atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.
7.   Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan.
  1. Gangguan rasa nyaman; nyeri akut b.d proses peradangan.
Intervensi:
1.   Kaji karakteristik nyeri.
2.   Catat perubahan karakteristik nyeri.
3.   Observasi TTV.
4.   Lakukan   tindakan   untuk   meningkatkan   rasa   nyaman   (   berikan perubahan   posisi,  tehnik  relaksasi  /  distraksi  dan  meminimalkan stimulus terganggu ).
5.   Kolaborasi; Pemberian analgetik sesuai indikasi.
  1. Hipertermi b.d infeksi bakteri Haemophilus Influenzae.
Intervensi:
1.   Observasi TTV terutama suhu tubuh.
2.   Jelaskan  upaya  untuk  mengatasi  hipertermi  pada  keluarga  dengan memberikan kompres dingin menggunakan pakaian tipis dan perbanyak minum selama hipertermi.
3.   Kolaborasi; Beri terapi anti piretik sesuai indikasi.
  1. Resiko pola nafas tidak efektif b.d peradangan pada laring.
Intervensi:
1.   Kaji  kecepatan  dan  kedalaman  pernafasan  serta  pergerakan  dada, auskultasi   paru,  catat  adanya   penurunan  suara  dan  suara  nafas tambahan.
2.   Gunakan bantal untuk mempertahankan terbukanya jalan nafas.
3.   Berikan  posisi  yang  tepat  dengan  meninggikan  bagian  kepala  atau menempatkan pada posisi duduk.
4.   Jelaskan pada pasien / keluarga mengenai tindakan yang memudahkan usaha nafas seperti posisi fowler / semi fowler.
5.   Kolaborasi; Peningkatan kelembaban dan pemberian tambahan O2 dll.
  1. Resiko terhadap ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral dan kenyamanan mulut.
Intervensi:
1.   Kaji status nutrisi klien.
2.   Beri  makanan  lunak  yang  tidak  merangsang  stimulus  nyeri  pada mulut / laring.
3.   Monitor pasien dan makanan dengan dihabiskan setiap kali makan.
4.   Kolaborasi; Teruskan pemberian terapi cairan parenteral.
  1. Gangguan proses keluarga b.d keadaan sakit dan hospitalisasi.
Intervensi:
1.   Gali perasaan keluarga dan masalah yang terjadi selama hospitalisasi.
2.   Berikan  perhatian  dan  kebutuhan  orang  tua  akan  informasi  dan dukungan.
3.   Libatkan keluarga selama perawatan.
4.   Jelaskan  tentang  terapi  yang  dilakukan  pada  anak  sesuai  dengan pengetahuan keluarga.

KEPUSTAKAAN
Carpenito, Linda Juall. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.

1 komentar:

  1. terimakasih banyak, sangat membantu sekali informasinya... makasih banyak..

    http://obatasliindonesia.com/obat-herbal-penyakit-laringitis/

    BalasHapus