A. DefinisiNefropati diabetikum adalah sindrom klinis pada pasien diabetes mellitus yang ditandai dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam atau >200 lg/menit) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan, penurunan kecepatan filtrasi glomerulus yang tidak fleksibel dan peningkatan tekanan darah arterial tetapi tanpa penyakit ginjal lainnya atau penyakit kardiovaskuler. Nefropati diabetikum, juga dikenal dengan sebutan “Sindrom Kimmelstiel-Wilson” dan Glomerulonefritis interkapiler. Sindrom ini ditemukan oleh peneliti Inggris Clifford Wilson (1906-1997) dan peneliti Amerika kelahiran jerman Paul Kimmelstiel (1900-1970).
Nefropati diabetik merupakan suatu sindroma klinik yang ditandai dengan keadaan mikroalbuminuria yang menetap pada keadaan diabetes yang tergantung dan tidak tergantung dengan pemberian insulin. DM penyebab terbanyak dari penyakit ginjal kronis stadium akhir. Serta merupakan salah satu faktor tradisional terjadinya penyakit jantung vaskuler, dengan penurunan LFG dan premikroalbuminuria akan terjadi peningkatan resiko CVD (Bloomgarden, 2008).
Neuropathy diabetes adalah gangguan saraf yang disebabkan oleh diabetes. Seiring dengan berjalannya waktu, penderita bisa mengalami kerusakan saraf pada seluruh tubuh. Beberapa orang yang mengalami kerusakan saraf terkadang tidak menunjukkan gejala. Sedangkan yang lain mungkin akan mengalami gejala-gejala seperti nyeri, kesemutan, atau mati rasa di lengan, tangan, dan kaki. Masalah saraf dapat terjadi juga pada sistem organ, termasuk saluran pencernaan, jantung, dan organ seks
B. Etiologi
Beberapa studicross-sectional dan longitudinal telah mengidentifikasi adanya beberapa faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan risiko utama dari nefropati diabetikum. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain : hipertensi, glikosilasi hemoglobin, kolesterol total, peningkatan usia, resistensi insulin, jenis kelamin, ras (kulit hitam), dan diet tinggi protein. Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi merupakan komplikasi dari penyakit diabetes mellitus dipercaya paling banyak menyebabkan secara langsung terjadinya nefropati diabetikum. Hipertensi yang tak terkontrol dapat meningkatkan progresivitas untuk mencapai fase nefropati diabetikum yang lebih tinggi (Fase V nefropati diabetikum). Tidak semua pasien diabetes mellitus tipe I dan II berakhir dengan nefropati diabetikum.
Dari studi perjalanan penyakit alamiah ditemukan beberapa faktor risiko antara lain:
1. Hipertensi
Hipertensi dapat menjadi penjadi penyebab dan akibat dari nefropati diabetikum. Dalam glomerulus, efek awal dari hipertensi sistemik adalah dilatasi arteriola afferentia, yang berkontribusi kepada hipertensi intraglomerular, hiperfiltrasi, dan kerusakan hemodinamik. Respon ginjal terhadap system renin-angiotensin menjadi abnormal pada ginjal diabetes. Untuk alasan ini, agen yang dapat mengkoreksi kelainan tekanan intraglomerular dipilih dalam terapi diabetes. ACEinhibitor secara spesifik menurunkan tekanan arteriola efferentia, karena dengan menurunkan tekanan intraglomerular dapat membantu melindungi glomerulus dari kerusakan lebih lanjut, yang terlihat dari efeknya pada mikroalbuminuria. Terutama setelah mikroalbuminuria muncul, kontrol metabolik hanya salah satu faktor dalam mencegah progresi penyakit ginjal. Hipertensi pada stadium ini diperkirakan menjadi penyebab penurunan cepat kerusakan ginjal.
Hipertensi merupakan suatu tanda telah adanya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler pada Diabetes, Hipertensi dan diabetes biasanya ada keterkaitan patofisiologi yang mendasari yaitu adanya resistensi insulin. Pasien – pasien diabetes tipe II sering mempunyai tekanan darah lebih tinggi atau sama dengan 150/90mmHg. Beberapa penelitian klinik menunjukkan hubungan erat tekanan darah dengan kejadian serta mortalitas kardiovaskuler, progresifitas nefropati, retinopati (kebutaan). Kontrol tekanan darah dengan obat anti hipertensi baik sistol dan diastole dan kontrol gula darah penderita pasien hipertensi dengan diabetes telah terbukti dari beberapa penelitian. Bahwa terbukti menaikkan “life expentacy”resiko stroke dan komplikasi kardiovaskuler pada pasien diabetes meningkat bila disertai hipertensi.
Terutama pada wanita dengan diabetika, hipertensi dan LVH (Left Ventrikel Hiperthrophy), nefropati diabetika dan disertai edema, pada keadaan ini sering dipergunakan diuretika justru akan memperburuk prognosis menaikkan mortalitas. Pasien diabetes, hipertensi, LVH dan nefropati diabetika mempunyai resiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas atau CVD (infark dan stroke). Sebagai faktor prediksi adanya komplikasi vaskuler pada DM dan adanya mikroalbuminuria.
2. Prediposisi genetika berupa riwayat keluarga mengalami nefropati diabetikum dan hipertensi
3. Kepekaan (susceptibility) nefropati diabetikum
a. Antigen HLA (Human Leukosit Antigen) Beberapa penelitian menemukan hubungan faktor genetika tipe antigen HLA dengan kejadian nefropati diabetikum. Kelompok penderita diabetes dengan nefropati lebih sering mempunyai Ag tipe HLA-B9.
b. Glukose transporter (GLUT)
Setiap penderita diabetes mellitus yang mempunyai GLUT 1-5 mempunyai potensi untuk mendapat nefropati diabetikum.
4. Hiperglikemia
Kontrol metabolic yang buruk dapat menjadi memicu terjadinya nefropati diabetikum. Nefropati diabetikum jarang terjadi pada orang dengan HbA1c <7.58.0%. Pada akhirnya, glukosa memiliki arti dan pertanda klinis untuk kelainan metabolic yang memicu nefropati diabetikum.
Kelainan metabolik lain yang berhubungan dengan keadaan hiperglikemi juga berperan dalam perkembangan nefropati diabetikum termasuk AGEs dan polyols. AGEs ialah hasil pengikatan nonenzimatik, yang tidak hanya mengubah struktur tersier protein, tapi juga menghasilkan intra- dan intermolekular silang. Berbagai macam protein dipengaruhi oleh proses ini. Kadar AGEs di sirkulasi dan jaringan diketahui berhubungan dengan mikroalbuminuria pada pasien diabetes. Kadar AGEs pada dinding kolagen arteri lebih besar 4 kali lipat pada orang dengan diabetes. Pasien diabetes dengan ESRD memiliki AGEs di jaringan dua kali lipat lebih banyak daripada pasien diabetes tanpa gangguan ginjal.
5. Konsumsi protein hewani
6. Merokok
Merokok meningkatkan progresi nefropati diabetikum. Analisis mengenai faktor risiko menunjukkan bahwa merokok meningkatkan kejadian nefropati diabetikum sebesar 1,6 kali lipat lebih besar.
C. Manifestasi Klinis
Sesuai dengan tahap – tahapnya, keluhan dan gejala pada penderita nefropati diabetes dapat bervariasi dari yang asimtomatik (Tahap I s/d III) sampai dengan gejala uremia yang berat (Tahap IV/V). Gejala – gejala uremia dapat berupa lemah badan, anoreksia, mual, muntah yang disertain anemia, overhidrasi, asidosis, hipertensi, kejang – kejang sampai koma uremik. Selain itu penderita nefropati diabetes sering disertai dengan komplikasi mikro/makrovaskular lain seperti neuropati, retinopati dan gangguan serebrovaskular atau gangguan profil lemak.
Pada DM 1, lamanya seseorang telah menderita diabetes berkolerasi sangat erat dengan timbulnya komplikasi nefropati diabetik. Pada penyandang DM tipe 1, 5 tahun pertama setelah diagnosis ditegakkan biasanya merupaka periode laten, yaitu belum ditemukan komplikasi apapun. Setelah itu baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular mulai timbul dan mencapai puncaknya setelah 10 – 15 tahun menderita diabetes. Pada DM tipe 2 hubungan antara timbulnya komplikasi dengan lamanya diabetes tidak dapat digambarkan dengan jelas. Seringkali komplikasi ditemukan pada saat diagnosis baru mulai ditegakkan malahan bisa ditemukan pada tahap pre-diabetes.
Waduh teman - teman kayaknya ne tangan udah tidak kuat lagi ngetiknya,, untuk lebih jelasnya teman - teman bisa lihat DISINI..
Nefropati diabetik merupakan suatu sindroma klinik yang ditandai dengan keadaan mikroalbuminuria yang menetap pada keadaan diabetes yang tergantung dan tidak tergantung dengan pemberian insulin. DM penyebab terbanyak dari penyakit ginjal kronis stadium akhir. Serta merupakan salah satu faktor tradisional terjadinya penyakit jantung vaskuler, dengan penurunan LFG dan premikroalbuminuria akan terjadi peningkatan resiko CVD (Bloomgarden, 2008).
Neuropathy diabetes adalah gangguan saraf yang disebabkan oleh diabetes. Seiring dengan berjalannya waktu, penderita bisa mengalami kerusakan saraf pada seluruh tubuh. Beberapa orang yang mengalami kerusakan saraf terkadang tidak menunjukkan gejala. Sedangkan yang lain mungkin akan mengalami gejala-gejala seperti nyeri, kesemutan, atau mati rasa di lengan, tangan, dan kaki. Masalah saraf dapat terjadi juga pada sistem organ, termasuk saluran pencernaan, jantung, dan organ seks
B. Etiologi
Beberapa studicross-sectional dan longitudinal telah mengidentifikasi adanya beberapa faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan risiko utama dari nefropati diabetikum. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain : hipertensi, glikosilasi hemoglobin, kolesterol total, peningkatan usia, resistensi insulin, jenis kelamin, ras (kulit hitam), dan diet tinggi protein. Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi merupakan komplikasi dari penyakit diabetes mellitus dipercaya paling banyak menyebabkan secara langsung terjadinya nefropati diabetikum. Hipertensi yang tak terkontrol dapat meningkatkan progresivitas untuk mencapai fase nefropati diabetikum yang lebih tinggi (Fase V nefropati diabetikum). Tidak semua pasien diabetes mellitus tipe I dan II berakhir dengan nefropati diabetikum.
Dari studi perjalanan penyakit alamiah ditemukan beberapa faktor risiko antara lain:
1. Hipertensi
Hipertensi dapat menjadi penjadi penyebab dan akibat dari nefropati diabetikum. Dalam glomerulus, efek awal dari hipertensi sistemik adalah dilatasi arteriola afferentia, yang berkontribusi kepada hipertensi intraglomerular, hiperfiltrasi, dan kerusakan hemodinamik. Respon ginjal terhadap system renin-angiotensin menjadi abnormal pada ginjal diabetes. Untuk alasan ini, agen yang dapat mengkoreksi kelainan tekanan intraglomerular dipilih dalam terapi diabetes. ACEinhibitor secara spesifik menurunkan tekanan arteriola efferentia, karena dengan menurunkan tekanan intraglomerular dapat membantu melindungi glomerulus dari kerusakan lebih lanjut, yang terlihat dari efeknya pada mikroalbuminuria. Terutama setelah mikroalbuminuria muncul, kontrol metabolik hanya salah satu faktor dalam mencegah progresi penyakit ginjal. Hipertensi pada stadium ini diperkirakan menjadi penyebab penurunan cepat kerusakan ginjal.
Hipertensi merupakan suatu tanda telah adanya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler pada Diabetes, Hipertensi dan diabetes biasanya ada keterkaitan patofisiologi yang mendasari yaitu adanya resistensi insulin. Pasien – pasien diabetes tipe II sering mempunyai tekanan darah lebih tinggi atau sama dengan 150/90mmHg. Beberapa penelitian klinik menunjukkan hubungan erat tekanan darah dengan kejadian serta mortalitas kardiovaskuler, progresifitas nefropati, retinopati (kebutaan). Kontrol tekanan darah dengan obat anti hipertensi baik sistol dan diastole dan kontrol gula darah penderita pasien hipertensi dengan diabetes telah terbukti dari beberapa penelitian. Bahwa terbukti menaikkan “life expentacy”resiko stroke dan komplikasi kardiovaskuler pada pasien diabetes meningkat bila disertai hipertensi.
Terutama pada wanita dengan diabetika, hipertensi dan LVH (Left Ventrikel Hiperthrophy), nefropati diabetika dan disertai edema, pada keadaan ini sering dipergunakan diuretika justru akan memperburuk prognosis menaikkan mortalitas. Pasien diabetes, hipertensi, LVH dan nefropati diabetika mempunyai resiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas atau CVD (infark dan stroke). Sebagai faktor prediksi adanya komplikasi vaskuler pada DM dan adanya mikroalbuminuria.
2. Prediposisi genetika berupa riwayat keluarga mengalami nefropati diabetikum dan hipertensi
3. Kepekaan (susceptibility) nefropati diabetikum
a. Antigen HLA (Human Leukosit Antigen) Beberapa penelitian menemukan hubungan faktor genetika tipe antigen HLA dengan kejadian nefropati diabetikum. Kelompok penderita diabetes dengan nefropati lebih sering mempunyai Ag tipe HLA-B9.
b. Glukose transporter (GLUT)
Setiap penderita diabetes mellitus yang mempunyai GLUT 1-5 mempunyai potensi untuk mendapat nefropati diabetikum.
4. Hiperglikemia
Kontrol metabolic yang buruk dapat menjadi memicu terjadinya nefropati diabetikum. Nefropati diabetikum jarang terjadi pada orang dengan HbA1c <7.58.0%. Pada akhirnya, glukosa memiliki arti dan pertanda klinis untuk kelainan metabolic yang memicu nefropati diabetikum.
Kelainan metabolik lain yang berhubungan dengan keadaan hiperglikemi juga berperan dalam perkembangan nefropati diabetikum termasuk AGEs dan polyols. AGEs ialah hasil pengikatan nonenzimatik, yang tidak hanya mengubah struktur tersier protein, tapi juga menghasilkan intra- dan intermolekular silang. Berbagai macam protein dipengaruhi oleh proses ini. Kadar AGEs di sirkulasi dan jaringan diketahui berhubungan dengan mikroalbuminuria pada pasien diabetes. Kadar AGEs pada dinding kolagen arteri lebih besar 4 kali lipat pada orang dengan diabetes. Pasien diabetes dengan ESRD memiliki AGEs di jaringan dua kali lipat lebih banyak daripada pasien diabetes tanpa gangguan ginjal.
5. Konsumsi protein hewani
6. Merokok
Merokok meningkatkan progresi nefropati diabetikum. Analisis mengenai faktor risiko menunjukkan bahwa merokok meningkatkan kejadian nefropati diabetikum sebesar 1,6 kali lipat lebih besar.
C. Manifestasi Klinis
Sesuai dengan tahap – tahapnya, keluhan dan gejala pada penderita nefropati diabetes dapat bervariasi dari yang asimtomatik (Tahap I s/d III) sampai dengan gejala uremia yang berat (Tahap IV/V). Gejala – gejala uremia dapat berupa lemah badan, anoreksia, mual, muntah yang disertain anemia, overhidrasi, asidosis, hipertensi, kejang – kejang sampai koma uremik. Selain itu penderita nefropati diabetes sering disertai dengan komplikasi mikro/makrovaskular lain seperti neuropati, retinopati dan gangguan serebrovaskular atau gangguan profil lemak.
Pada DM 1, lamanya seseorang telah menderita diabetes berkolerasi sangat erat dengan timbulnya komplikasi nefropati diabetik. Pada penyandang DM tipe 1, 5 tahun pertama setelah diagnosis ditegakkan biasanya merupaka periode laten, yaitu belum ditemukan komplikasi apapun. Setelah itu baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular mulai timbul dan mencapai puncaknya setelah 10 – 15 tahun menderita diabetes. Pada DM tipe 2 hubungan antara timbulnya komplikasi dengan lamanya diabetes tidak dapat digambarkan dengan jelas. Seringkali komplikasi ditemukan pada saat diagnosis baru mulai ditegakkan malahan bisa ditemukan pada tahap pre-diabetes.
Waduh teman - teman kayaknya ne tangan udah tidak kuat lagi ngetiknya,, untuk lebih jelasnya teman - teman bisa lihat DISINI..
jangan lupa untuk tinggalkan komentarnya untuk membangun Blog ini...!!!!
terimakasih kepada teman2 dari Adi Dom yg sudah share info info ini..
terimakasih kepada teman2 dari Adi Dom yg sudah share info info ini..
merit casino slots free games - xn--o80b910a26eepc81il5g.online
BalasHapus【 View topic 】pinterest 】pinterest 】tủa tanh choegocasino yng đứng thơi luụt thơi cáp thơi cáp thơi 바카라사이트 cáp 메리트 카지노 쿠폰 thơi cáp thơi